Saturday, 18 January 2014

Penjelasan Q.S. Ar-Rum: 41-42



ظَهَرَالْفَسَادُفِي الْبَرِّوَالْبَحْرِبِمَاكَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوالَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُواكَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُالَّذِينَ مِن قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُم مُّشْرِكِينَ
Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Katakanlah: `Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)`.”
Penjelasan Q.S. Ar-Rum: 41-42 diatas adalah sebagai berikut :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Timbulnya kerusakan baik di darat maupun di laut, adalah sebagai akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Karena merekalah yang ditugaskan Tuhan untuk mengurus bumi ini. Mereka mempunyai inisiatif dan daya kreatif. Sedangkan segala makhluk. selain manusia yang ada di permukaan bumi ini bergerak hanya menurut tabiat dan instinknya yang telah. ditetapkan Allah kepadanya, mereka tidak mempunyai inisiatif (naluri) daya upaya selain dari instink itu.
Karena itu segala makhluk selain manusia, keadaannya tetap sejak dulu kala sampai sekarang. Mereka tidak mengalami perubahan. Hanya manusia sendirilah yang hidup bermasyarakat dan mempunyai kebebasan. Mereka mempunyai akal dan berkebudayaan.
Kebudayaan manusia itu makin lama makin maju sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Sesuai dengan perkembangan itu, perkembangan persenjataan, dari alat yang sangat sederhana sampai kepada bom atom neutron yang mutakhir ini, maju pula. Alat persenjataan itu maju karena adanya perselisihan dan pertentangan yang hebat antara orang dengan orang lainnya, atau antara golongan dengan golongan lainnya, atau antara negara dengan negara lainnya. Perselisihan timbul karena adanya penyelewengan, perbedaan pendapat, baik dalam pergaulan atau dalam akidah, seperti kedurhakaan kepada Allah SWT, dusta, korupsi, manipulasi, khianat, tidak mempunyai pendirian dan lain-lain sebagainya yang memenuhi dunia dan manusia dengan kejelekan dan keburukan.
Dalam ayat ini dinyatakan bahwa kerusakan itu timbul di darat dan di laut. Sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa "laut" di sini berarti kota-kota besar atau desa-desa yang di pinggir laut. Sedangkan darat artinya kampung-kampung atau desa-desa yang terdapat di darat atau padang pasir. Pernyataan Allah itu merupakan suatu petunjuk bahwa kerusakan itu adalah insidentil sifatnya. Sebelum ada manusia tak ada kerusakan. Tetapi berbarengan dengan adanya manusia maka kerusakan itupun terjadi pula.
Hal itu bukan berarti bahwa manusia itu faktor perusak di atas bumi ini. Sebab kalau demikian halnya, tentu manusia itu tak berhak menjadi wakil Tuhan di bumi. Tetapi kalimat itu memberikan petunjuk bahwa dasar kejadian semua makhluk yang ada di bumi, termasuk bumi adalah baik. Dalam hal ini keadaannya tak ubahnya seperti keadaan manusia pada permulaan kejadiannya, yaitu menurut fitrah yang baik. Karena kebanyakan fitrah manusia itu rusak, maka rusak pulalah fitrah alam ini. Mereka mengambil alat-alat yang baik dan bermanfaat pada alam ini sebagai alat penghancuran, pengrusakan dan lain-lain sebagainya.
Sungguhpun demikian, tak dapat dipungkiri lagi bahwa manusia itu besar sekali jasanya di atas bumi, seperti membikin bangunan-bangunan pencakar langit, menciptakan komputer, pergi ke bulan dan lain-lain.
Kerusakan yang terjadi di permukaan bumi ini mungkin juga timbul karena kesyirikan, keingkaran dan kesesatan manusia. Mereka tak mau menuruti perintah Allah yang disampaikan oleh para Rasul-Nya. Hal ini dapat dilihat pada peristiwa perkelahian antara Habil dan Qabil, peristiwa kaum Samud, tenggelamnya kaum Nuh dan lain-lain.
Kemudian ayat 41 ini diteruskan dengan pertanyaan bahwa kerusakan itu terjadi karena ulah tangan manusia itu sendiri. Manusia mengerjakan hal itu dengan kehendaknya yang bebas tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Karena perbuatan yang timbul dari kehendak yang bebas itu, mereka akan diminta pertanggungjawabannya kelak di kemudian hari.
Seterusnya ayat ini menyatakan bahwa dengan adanya kerusakan itu manusia akan dapat merasakan sebagian dari perbuatan jelek mereka itu. Maksudnya apa yang diperbuat manusia itu akan dihisab, yang baik di balas dengan baik dan yang jelek dibalas dengan jelek pula. Adapun makhluk lain yang hidup bersama manusia di atas bumi ini, apa yang diperbuatnya bukanlah menurut kehendaknya. Keadaannya tak ubahnya seperti keadaan biji kacang yang ditanam di dalam tanah yang subur, tentu dia akan tumbuh, berbunga dan berbuah menurut sifatnya.
Karena iradahnya itu manusia bertanggung jawab atas semua perbuatannya itu, agar dia merasakan hasil perbuatannya itu, baik atau jelek.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
وأن ليس للإنسان إلا ما سعى
Artinya:
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (Q.S. An Najm: 39)
Ayat 41 ini mengingatkan akan adanya perbuatan jelek, yang sifatnya merusak di permukaan bumi. Dan seterusnya manusia yang berakal hendaknya menjauhi perbuatan jelek itu, dan berbuat sesuatu serta berguna bagi masyarakat.
Kalimat yang menyatakan bahwa dalam ayat ini agar mereka merasakan sebagian akibat perbuatan jelek mereka itu merupakan rahmat dari Allah SWT. Manusia yang berbuat jelek itu hanya sebagian saja dengan harapan hal itu akan menjadi penghambat bagi mereka untuk tidak berbuat jelek lagi, dan agar mereka kembali kepada Allah SWT. di waktu yang dekat serta berjalan di atas jalan yang benar.
Andaikata Allah menyiksa semua manusia yang melakukan perbuatan jelek tentu mereka akan hancur semuanya, bahkan semua binatang yang melatapun di bumi ini turut hancur. Dalam hal ini Allah berfirman:

ولو يؤاخذ الله الناس بما كسبوا ما ترك على ظهرها من دابة ولكن يؤخرهم
Artinya:
Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melatapun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, (Q.S. Fatir: 45)
Perbuatan jelek yang dapat dikatakan sebagai perbuatan dosa besar dan dapat menyebabkan kerusakan ialah: Beragamanya manusia kepada yang bukan agama Allah (agama Islam), atau mengambil pelindung selain Allah, atau menyatakan bahwa Allah itu beranak atau mempersekutukan-Nya. Karena dosa besar itulah Tuhan berfirman:

تكاد السموات يتفطرن منه وتنشق الأرض وتخر الجبال هدا
Artinya:
Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh". (Q.S. Maryam: 90)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 42
 
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ (42
Ayat ini merupakan peringatan bagi kaum musyrik Mekah bahwa nasib mereka sama dengan nasib kaum musyrik sebelum mereka, azab serta kehancuran melanda mereka karena tak beriman kepada Allah. Di sini kaum musyrik disuruh mengadakan riset di atas bumi ini serta melihat ke tempat-tempat kaum yang telah mengingkari dan mendurhakai Rasul-rasul-Nya. Karena itu Allah telah menghancurkan mereka dengan azab-Nya. Hal itu hendaknya menjadi pelajaran bagi kaum sesudahnya.
Orang-orang yang dihancurkan Allah itu kebanyakan terdiri atas kaum musyrik dan sesat. Mereka sedikit sekali yang beriman kepada Allah, dan tak mau menerima seruan Rasul-rasul Nya, seperti kaum Nuh a.s. kaum Ibrahim as, kaum Ad, kaum Saleh a.s. kaum Syuaib a.s. kaum Lut a.s. dan lain-lain. Setiap ada siksaan, maka Allah hanya menghancurkan kaum musyrik yang sesat itu, dan melepas kaum yang beriman yang sedikit jumlahnya.