Sudah
menjadi kebiasaan Rasulullah SAW pada setiap musim haji mengunjungi kemah-kemah
jama’ah haji untuk menyampaikan dakwahnya. Aktivitas ini mendapat respon
sebagaimana ditunjukkan oleh Suwaid bin Shamit, seorang tokoh suku Aus dari
Yatsrib yang menyatakan tertarik pada ajakan Rasulullah SAW. Selang beberapa
lama setelah itu Iyaz bin Mu’adz seorang pemuda Khazroj juga menyatakan
keIslamannya ketika Rasulullah SAW menemui rombongan kabilah Khazroj saat
mereka datang ke Makkah. Aus dan Khazroj adalah dua kabilah Arab terkemuka di
Yatsrib yang selalu bermusuhan. Mereka sedikit banyak sudah memiliki pengertian
tentang ketuhanan, wahyu, kenabian dan hari akhir.
Pada musim haji
tahun ke 11 dari kenabian, beberapa orang Khazroj, dua diantaranya Bani Najron
masuk Islam. Sejak itu Rasulullah SAW menjadi pembicaraan hangat dari penduduk
Yatsrib. Pada musim haji tahun berikutnya
12 orang laki-laki dan seorang perempuan dari Yatsrib menemui Rasulullah
SAW di
Aqobah.
Mereka berikrar tidak menyekutukan Tuhan, tidak mencuri, tidak berzina, tidak
membunuh anak-anak, tidak menfitnah dan tidak mendurhakai Muhammad SAW.
Peristiwa ini dikenal dengan Baiah Al-Aqobah Al-Ula (Baiah Aqobah pertama).
Setelah itu Rasulullah SAW mengutus Mus’ab bin Umair untuk mengajarkan Islam
kepada penduduk Yatsrib. Setahun kemudian pada malam hari seusai menunaikan
ibadah haji terjadi Baiah Al-Aqobah Ats-Tsaniyah (Baiah Aqobah kedua),
dimana 73 orang laki-laki dan dua orang perempuan dari Yatsrib bertemu dengan
Rasulullah SAW, yang waktu itu di dampingi Abbas bin Abdul Mutholib di Aqobah.
12 orang pemuka Aus dan Khazroj, masing-masing mewakili yang ada dalam
kabilahnya, mengucapkan sumpah setia akan membela Rasulullah SAW walaupun jiwa
dan harta taruhannya. Orang-orang Yatsrib itu masuk Islam tampaknya termotivasi
oleh keinginan melepaskan diri dari perbudakan orang-orang Yahudi. (dilansir dari buku PAI kelas X: H. Muhtadi, M.Ag. dkk)