Monday 22 November 2010

Rukun dan Syarat Nikah

Menurut Syarikat Islam, setiap perbuatan hukum harus memenuhi dua unsur yaitu Rukun dan Syarat. Rukun adalah unsur pokok dalam setiap perbuatan hukum. Syarat adalah unsur pelengkap dalam setiap perbuatan hukum. Apabila kedua unsur tidak dipenuhi maka perbuatan itu dianggap tidak sah menurut hukum. Demikian pula untuk syahnya suatu pernikahan harus dipenuhi rukun dan syarat.

RUKUN NIKAH

  1. Calon mempelai laki-laki dan perempuan.
  2. Wali dari calon mempelai perempuan.
  3. Dua orang saksi (laki-laki).
  4. Ijab dari wali calon mempelai perempuan atau wakilnya.
  5. Kabul dari calon mempelai laki-laki atau wakilnya.



SYARAT NIKAH


A. Syarat menurut syariah bagi calon pengantin pria sebagai berikut :

  1. Beragama Islam.
  2. Terang prianya ( bukan banci ).
  3. Tidak dipaksa.
  4. Tidak beristeri empat orang.
  5. Bukan mahram calon isteri.
  6. Tidak mempunyai isteri yang haram dimadu dengan calon isteri.
  7. Mengetahui calon isteri tidak haram dinikahinya.
  8. Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah.


B. Syarat menurut syariah bagi calon pengantin wanita sebagai berikut :

  1. Beragama Islam.
  2. Terang wanitanya ( bukan banci ).
  3. Telah memberi izin kepada wali untuk menikahinya.
  4. Tidak bersuami dan tidak dalam iddah.
  5. Bukan mahram calon suami.
  6. Belum pernah dili’an ( sumpah li’an ) oleh calon suami. Isteri.
  7. Terang orangnya.
  8. Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah.


SYARAT-SYARAT WALI

  1. Beragama Islam.
  2. Baligh.
  3. Berakal.
  4. Tidak dipaksa.
  5. Terang lelakinya.
  6. Adil ( bukan fasik ). Isteri.
  7. Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah.
  8. Tidak dicabut haknya dalam menguasai harta bendanya oleh pemerintah.
  9. Tidak rusak pikirannya karena tua atau sebagainya.

SYARAT-SYARAT SAKSI

  1. Beragama Islam.
  2. Laki-laki.
  3. Baligh.
  4. Berakal.
  5. Adil.
  6. Mendengar ( tidak tuli ).
  7. Melihat ( tidak buta ).
  8. Bisa bercakap-cakap.
  9. Tidak pelupa.
  10. Menjaga harga diri.
  11. Mengerti maksud ijab dan kabul.
  12. Tidak merangkap menjadi wali.


IJAB KABUL

Ijab Kabul harus terbentuk dari asal kata “Inkah’ atau ‘tajiz’ atau terjemahan dari kedua asal kata tersebut, yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘menikahkan’.